Mekanisme Islam dalam Mencegah Stunting

Anak stunting memiiki tubuh lebih pendek dari anak lain. (Foto: Shutterstock)
Jabar News | Majalengka - Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupaya mencegah dan mengatasi masalah stunting (gagal tumbuh) pada anak, yaitu dengan mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan alam tanaman pangan yang tumbuh dan mudah didapat di lingkungan sekitar untuk memenuhi kebutuhan gizi.
"Masyarakat diminta bisa memanfaatkan seperti tanaman pangan yaitu sayur-sayuran dan daun-daunan," kata Plt. Kepala BKKBN Provinsi Jabar Dadi Ahmad Roswandi ketika meninjau penyaluran bantuan pemberian makanan tambahan dalam rangka penurunan 'stunting' dan pengentasan daerah rentan rawan pangan di Kabupaten Garut, Kamis. (4/5/2023) lalu.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang sampai anak dewasa dan lanjut usia. Stunting adalah masalah penting yang harus diperhatikan dan ditangani dengan segera. Maka, dibutuhkan upaya untuk mengentaskan masalah ini hingga ke akarnya.
Faktor-faktor penyebab stunting diantaranya: Pertama, kekurangan gizi dalam waktu yang lama, seperti rendahnya asupan vitamin dan mineral, juga buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani yang bisa terjadi dari awal kehidupan dalam janin. Sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tubuh dan otak anak.
Kedua, pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak. Stunting bisa terjadi jika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang baik. Ibu yang ketika masa kecil atau remajanya kekurangan nutrisi akan berpengaruh pada proses kehamilannya.
Ketiga, terjadi infeksi pada ibu, pada kehamilan remaja, juga terdapat gangguan mental pada ibu, selain itu jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Disamping rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Termasuk akses sanitasi dan air bersih yang bisa memengaruhi perkembangan anak.
Sejatinya, kekurangan gizi dan pola asuh tidak terjadi dengan sengaja. Semua orang tua ingin memberikan kecukupan gizi untuk anaknya. Hanya saja, keadaan yang terbatas membuat para calon ibu tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Begitu pun karena keadaannya, ibu tidak mampu memberikan gizi terbaik untuk anak-anaknya. Semua terjadi karena kemiskinan yang masih mendera.
Masyarakat yang hidup dalam kemiskinan atau keterbatasan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya, termasuk untuk mengakses kesehatan maupun untuk mendapatkan air bersih. Kondisi ini sangat wajar apabila pelayanan publik masih dijadikan ladang bisnis. Kebutuhan pokok semakin mahal. Akhirnya nutrisi tak mampu terpenuhi.
Selama akar masalah masih menancap, kemiskinan akan terus ada, maka kesejahteraan menjadi impian. Untuk mencegah stunting, kesejahteraan harus menjadi jaminan, yaitu dengan mengentaskan kemiskinan.
Kemiskinan yang terjadi adalah buah penerapan sistem kapitalisme. Sebagian besar kekayaan negara ini dikuasai segelintir orang saja. Hal ini menjadikan rakyat harus berjuang keras untuk mendapatkan makanan yang layak.
Kini masyarakat juga harus membayar untuk mendapatkan air bersih. Itu pun belum tentu seluruh masyarakat bisa menjangkaunya. Ditambah lagi berbagai kesulitan yang menghimpit kian menghampiri. Harga bahan pokok yang merangkak naik. Sungguh masyarakat jauh dari kata sejahtera.
Alhasil, untuk mengatasi dan mencegah stunting yaitu dengan mengentaskan kemiskinan. Kemiskinan hanya dapat diatasi dengan penerapan aturan kehidupan yang benar. Aturan yang berasal dari Pencipta manusia dan alam semesta. Sistem kehidupan yang akan memberi kebaikan bagi seluruh alam. Itulah sistem Islam yang sempurna sebagai solusi kehidupan.
Dalam Islam, kepemilikan akan diatur. Negeri kaya bukan hanya status tapi nyata adanya. Negara akan mengelola kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat. Sehingga rakyat akan terhindar dari kemiskinan.
Negara juga akan menjamin terpenuhinya berbagai kebutuhan mendasar masyarakat. Menjamin pula kesejahteraan setiap individu, baik anak-anak maupun dewasa. Islam akan mempersiapkan generasi yang sehat, dan kuat.
Bukan hanya itu, para generasi sebagai pembangun peradaban akan dibentuk menjadi individu yang berkepribadian mulia dan memiliki ilmu yang mumpuni. Kelak mereka akan menjadi orang tua yang cerdas dan sehat. Sehingga akan terlahir pada generasi-generasi kebangkitan yang cemerlang.
Wallahu a'lam bishshawab.
Editor :Muhammad Ramlan