Kasus Perkosaan Anak Tiri, Bukti Lemahnya Sistem Saat Ini
Ilustrasi kekerasan terhadap anak (ist). pontas.id.com
Jabar News | Majalengka - Baru saja khalayak dipertontonkan kabar perilaku bejat seorang ayah tiri yang melakukan pemerkosaan terhadap anak tirinya yang masih dibawah umur. Sontak saja berita ini begitu cepat mencuat dikalangan masyarakat kabupaten Majalengka.
Perilaku yang tidak beradab tersebut jelas membuat banyak masyarakat geleng-geleng kepala. Kasus ini terjadi di kecamatan Jatiwangi kabupaten Majalengka, perilaku tersebut tidak hanya dilakukan sekali saja tapi sudah beberapa kali dilakukan ayah tiri ketika sang ibu sedang tidak di rumah. (tribunnews, 11/12/2022)
Begitu miris kita saksikan tindakan yang tidak lazim tersebut dilakukan oleh sosok pemimpin keluarga kepada anaknya. Sosok yang harapannya bisa melindungi martabat keluarga dan menjaga kehormatan istri serta anak gadisnya justru monster mengerikan bagi sang anak.
Bukan kali ini saja kasus serupa terjadi, sebagaimana dilansir dari media liputan6.com, (13/12/2022) di Serang telah terjadi kasus rudapaksa yang dilakukan oleh pimpinan pondok pesantren kepada santriwatinya. Miris sekali, pondok pesantren yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu justru menjadi tempat yang menyimpan cerita kelam bagi para korban. Belum lagi kasus ayah kandung yang memperkosa anak kandungnya sendiri sampai hamil.
Data yang dikutip dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) yang diterbitkan pada 6 Maret 2019, menyebutkan bahwa anggota keluarga terdekat pun masih dapat melakukan kekerasan seksual. Tercatat ada 365 kasus terlapor yang dilakukan oleh ayah, 163 oleh ayah tiri, setelah kasus yang paling banyak oleh pacar sejumlah 1.670 (ketikunpad, 15/12/2022)
Miris, tidak ada lagi tempat yang nyaman bagi anak, sampai di lingkungan keluarga sendiri. Kenapa bagi anak tidak ada lagi tempat yang nyaman? Padahal anak sangat membutuhkan perlindungan. Anak adalah aset masa depan. Masa kanak-kanak adalah masa tumbuh kembang. Perlakuan yang benar di masa ini potensi anak akan berkembang. Anak akan menjadi SDM tangguh pengisi pembangunan.
Namun, saat ini peran orang tua dalam keluarga yang menjadi bagian dari masyarakat sangat minim dalam melindungi, mendidik, dan mengawasi anak-anaknya di dalam pergaulan, baik di lingkungan keluarga dan sekitar tempat tinggal.
Ironisnya lagi, secara internal telah runtuhnya moralitas keluarga yang mendorong terjadinya inses yang menjadikan anak menjadi korban kekerasan, baik dari orang tua dan saudara (tiri maupun kandung) dan sanak keluarga lainnya yang bermental bejat.
Read more info "Kasus Perkosaan Anak Tiri, Bukti Lemahnya Sistem Saat Ini" on the next page :
Editor :Muhammad Ramlan