Aksi Perang Sarung, Islam Lindungi Generasi dari Berbuat Sadis

Ilustrasi perang sarung. (FOTO: borobudurnews.com)
Jabar News - Membuat prihatin, ketika memasuki bulan Ramadan peristiwa miris telah menempa para pelajar kita. Para pelajar terlibat aksi perang sarung. Hal itu sebagaimana diungkapkan Bupati Majalengka, Karna Sobahi. Diketahui pula, dari catatan kepolisian, ada sebanyak 50 pelajar dari tiga kecamatan di Majalengka yang terlibat perang sarung, 2 kasus di Kecamatan Majalengka, 1 kasus di wilayah Cigasong dan 1 kasus lainnya di kecamatan Ligung.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi banyaknya anak di bawah umur di Majalengka yang melakukan aksi perang sarung itu, diantaranya adalah faktor lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Bupati Karna menyebut, lemahnya koordinasi dari ketiga elemen itulah yang menjadi penyebabnya.
Perang sarung adalah tradisi yang sudah lama berlangsung untuk menyemarakkan Ramadan. Menjelang waktu sahur, anak-anak suka bermain perang sarung, saling sabet menggunakan sarung, sambil tertawa gembira di antara mereka.
Namun sungguh tragis. Tradisi ini telah bergeser bukan lagi menjadi permainan. Perang sarung telah menjadi sarana para remaja untuk beradu kekuatan dan kekompakan antar kelompok diantara mereka. Bukan hanya sarung yang disabetkan, didalamnya ada batu, besi, bahkan pipa dibungkus di dalam sarung. Tentu ini sangatlah berbahaya dan bisa menimbulkan korban jiwa.
Mereka tak mampu menahan emosi dan mengendalikan pemikirannya. Teman dianggapnya lawan dan musuh yang harus dilemahkan. Kepuasan telah menjadi orientasi saat berhasil bisa menjatuhkan lawan. Permainan ini menjadi sebuah kompetisi, dimana harus ada pihak yang menang dan ada yang kalah.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, karena generasi kita kehilangan kendali pemikiran. Mereka tidak memahami bagaimana memenuhi dorongan naluri dengan benar dan hanya mengedepankan insting layaknya hewan. Para remaja telah kehilangan aspek kemanusiaan, bersikap brutal bahkan sanggup berbuat sadis.
Kebebasan konten media sosial telah menjadi faktor pendukung. Kita dapati, banyak beredar video viral di media massa dengan konten perang sarung ini. Sekalipun durasinya pendek-pendek, video pendek inilah yang menarik bagi generasi muda. Media sosial telah menjadi sarana iklan gratis yang menginspirasi para remaja untuk berbuat hal-hal yang buruk dan merusak.
Kondisi ini diperparah dengan lemahnya kontrol dari negara terhadap media dan media sosial. Maka, perlu kewaspadaan orang tua untuk menjaga anak-anaknya. Peran orang tua di dalam membina anak-anak mereka sangatlah penting. Masyarakat juga perlu untuk peduli pada generasi. Peran guru serta ustaz di lingkungan masjid juga dibutuhkan, mengingat alasan remaja melakukan aksi perang sahur adalah untuk ronda membangunkan orang sahur.
Read more info "Aksi Perang Sarung, Islam Lindungi Generasi dari Berbuat Sadis" on the next page :
Editor :Muhammad Ramlan